Tahapan Membuat Database
Database / basis data terdiri dari 2 kata, yaitu basis dan
data. Basis kurang lebih dapat diartikan sebagai markas atau gudang,
tempat bersarang/berkumpul. Sedangkan data adalah representasi fakta
dunia nyata yg mewakili suatu objek seperti
manusia,barang,hewan,peristiwa,konsep,keadaan, dll yg direkam dalam
bentuk angka,huruf,simbol,teks,gambar,bunyi,dll
Dalam artikel kali ini saya akan menjelaskan tentang tahapan tahapan dalam membuat database.
Tahapan – tahapan
yang di perlukan dalam mendisain sebuah database :
Tahap 1 : Koleksi dan
analisa kebutuhan
Sebelum melakukan desain database, harus mengetahui
dan menganalisa keinginan pemakai terhadap suatu database sedetail mungkin.
Proses ini disebut koleksi dan analisa kebutuhan. Untuk menentukan kebutuhan, pertama kali harus
diidentifikasi bagian lain dari sistem
informasi yang berhubungan dengan sistem database. Termasuk di dalamnya pemakai
dan aplikasi baru dan yang sudah ada, kemudian
kebutuhan dikoleksi dan dianalisa.
Aktifitas yang merupakan bagian dari tahap ini
adalah :
1. Area aplikasi
mayor dan kelompok pemakai yang akan menggunakan database atau pekerjaan apa
yang akan diakibatkan diidentifikasi.
2. Dokumen yang
sudah ada yang berhubungan dengan aplikasi dipelajari dan
dianalisa. Dokumen lain seperti
police manual, form, report dan diagram
organisasi di-review untuk
menentukan apakah terdapat tambahan pada koleksi
kebutuhan dan spesifikasi proses.
3. Lingkungan
operasi saat ini dan rencana penggunaan informasi dipelajari.
Termasuk di dalamnya analisa tipe
transaksi dan frekuensi penggunaannya dan
aliran informasi dalam sistem.
Karakteristik geografi seperti pemakai, transaksi
asli, tujuan pelaporan
dipelajari. Data input dan output untuk transaksi ditentukan.
4. Penulisan
respon untuk menentukan pertanyaan terkadang dikelompokkan dari
pemakai database potensial atau
kelompok pemakai. Pertanyaan ini melibatkan
prioritas pemakai dan tempat yang
penting untuk suatu aplikasi. Individu
dilakukan interview untuk
menolong dalam memperoleh informasi yang
berharga dan setting prioritas.
Analisa
kebutuhan dibawa ke user akhir atau pelanggan sistem database oleh
tim ahli analis kebutuhan.
Kebutuhan awal lebih informal, tidak lengkap, tidak
konsisten dan sebagian tidak
benar. Perlu pekerjaan yang lebih banyak untuk
mentransformasi kebutuhan awal ke
aplikasi yang lebih spesifik yang dapat digunakan
oleh pengembangan sebagai langkah
awal untuk menulis implementasi dan uji coba.
Untuk
transformasi kebutuhan ke struktur yang lebih baik, teknik spesifikasi
kebutuhan digunakan. Misalnya OOA
(object-oriented analysis) dan DFD (data flow diagram). Metode tersebut
menggunakan teknik diagram untuk mengorganisasi dan
menampilkan kebutuhan proses
informasi. Dokumentasi tambahan dalam bentuk teks,
tabel, grafik dan keputusan
melengkapi diagram tersebut.
Tahap 2 : Desain Basis Data Konseptual
Tahap kedua dari perancangan database
melibatkan dua aktifitas paralel.
Aktifitas pertama yaitu desain skema
konseptual, menentukan kebutuhan data yang
dihasilkan pada tahap 1 dan menghasilkan
skema database konseptual. Aktifitas
kedua, desain transaksi dan aplikasi,
menentukan analisa aplikasi database pada tahap
1 dan
menghasilkan spesifikasi level tinggi untuk aplikasi tersebut.
Tahap 2b : Desain Transaksi
Tujuan dari tahap 2b, dimana proses
dilakukan paralel dengan tahap 2°, untuk
mendesain karaktersitik transaksi database
yang diketahui (aplikasi) dengan cara
DBMS-independent. Jika suatu sistem
database dirancang, perancang sadar beberapa
aplikasi yang diketahui (atau transaksi)
yang akan dijalankan dalam database
diimplementasikan. Bagian terpenting dari
perancangan database adalah menentukan
karakteristik fungsi transaksi tersebut
sebelumnya dalam proses perancangan. Hal ini
menjamin skema database akan memasukan
semua informasi yang dibutuhkan oleh
transaksi
tersebut.
Tahap 3 : Pemilihan DBMS
Pemilihan DBMS berdasarkan beberapa faktor,
beberapa hal teknis, ekonomi dan
kebijakan organisasi. Faktor teknis berhubungan dengan ketepatan
DBMS yang dipilih.
Yang termasuk faktor teknis adalah tipe DBMS (relational,
object-relational, object,
lainnya), struktur penyimpan dan akses path yang didukung DBMS,
ketersediaan antar
muka pemakai dan pemrogram, tipe bahasa query tingkat tinggi,
ketersediaan alat bantu
pengembangan, kemampuan berhubungan dengan DBMS lain melalui
media standart,
pilihan arsitektur yang berhubungan dengan operator
client-server dan lain sebagainya.
Faktor non teknis termasuk di dalamnya status finansial dan
dukungan organisasi
terhadap vendor. Hal-hal yang harus dipertimbangkan secara
ekonomi dan faktor
organisasi
adalah :
1. Software acquisiton
cost : Merupakan harga ”up-front” dalam
pembelian perangkat
lunak, termasuk pilihan bahasa, pilihan
antar muka seperti form, menu dan antar
muka Web berbasis GUI, pilihan
recovery/backup, metode akses khusus dan
dokumentasi. Versi DBMS yang tepat untuk
sistem operasi harus dipilih.
Biasanya alat bantu pengembangan, alat
bantu desain dan dukungan bahasa
tambahan tidak termasuk dalam harga dasar.
2. Maintenance cost : Berhubungan dengan harga layanan pemeliharaan standart dari
vendor dan untuk menjaga versi DBMS tetap
up to date.
3. Hardware
acquisition cost : perangkat keras baru mungkin diperlukan,
seperti
memory, terminal, disk drive dan controller
baru, atau penyimpan DBMS khusus.
4. Database creation
and conversion cost : Berhubungan dengan biaya pembuatan
sistem database dari konversi sistem yang
sudah ada ke perangkat lunak DBMS
baru. Operasi sistem yang sudah ada dilakukan
paralel dengaan sistem baru sampai
semua aplikasi diimplementasikan penuh dan
diuji coba.
5. Personal cost : Akuisisi perangkat lunak DBMS untuk pertama kali oleh
organisasi
biasanya dilakukan dengan reorganisasi
departemen data processing.
6. Training cost : Karena DBMS biasanya berupa sistem komplek, personal harus
ditraining menggunakan dan memprogram DBMS.
Training diperlukan pada
semua level, termasuk programming,
pengembangan aplikasi dan administrasi
database.
7. Operating cost : Biaya operasi lanjutan dari sistem database biasanya tidak
termasuk dalam evaluasi.
Keuntungan DBMS tidak mudah diukur dan
dihitung. DBMS mempunyai
beberapa keuntungan dibandingkan sistem file, seperti mudah dalam
penggunaan, konsolidasi informasi perusahaan yang lebih luas, ketersediaan data
yang lebih luas, dan akses yang lebih cepat ke informan. Dengan akses berbasis
Web, bagian data dapat dibuat akses global seperti pemakai luar. Keuntungan
lainnya adalah mengurangi biaya pengembangan aplikasi, mengurangi redudancy
data dan keamanan dan kontrol yang
lebih baik. Database sudah digunakan pada banyak organisasi,
keputusan berpindah
dari
aplikasi berbasis file ke database terpusat dikarenakan faktor-faktor berikut :
1. Kompleksitas data : Relasi data menjadi lebih kompleks, memerlukan
DBMS yang kuat.
2. Sharing diantara aplikasi : Semakin besar sharing antar aplikasi,
semakin banyak redundansi file dan lebih besar kebutuhan akan DBMS
3. Perumbuhan dan perubahan data secara dinamis : Jika data berubah
secara konstan, lebih mudah untuk melakukan perubahan dengan DBMS dibandingkan dengan
sistem file.
4. Frekuensi permintaan ad hoc data : Sistem file tidak cukup tepat
untuk penampilan data ad hoc
5. Voleme data dan kebutuhan untuk kontrol : Volume data yang besar
dan kebutuhan mengontrol memerlukan DBMS
Beberapa faktor ekonomi dan organisasi yang
berakibat pemilihan suatu DBMS:
1. Organization-wide adoption of a certain philosopy : Biasanya
merupakan factor dominan yang berakibat pada penerimaan model data (misalnya,
relational versus obyek), vendor, metodologi pengembangan dan alat bantu
(misalnya, penggunaan analisa berorientasi obyek dan alat bantu desain dan methodology
dibutuhkan oleh semua aplikasi baru.
2. Familiarity of personnel with the system : Jika staff programming
dalam organisasi familiar dengan DBMS tertentu, dapat mengurangi biaya training
dan
waktu pembelajaran.
3. Availability of vendor service : ketersediaan asisten vendor dalam
pemecahan permasalahan dengan sistem sangat penting, karena perubahan dari
non-DBMS
ke lingkungan DBMS kebanyakan membutuhkan
bantuan vendor pada awalnya.
Beberapa DBMS sekarang mempunyai versi yang
berjalan pada beberapa konfigurasi perangkat keras / perangkat lunak
(platform). Kebutuhan aplikasi untuk backup, recovery, performansi, integritas
dan sekuriti harus juga dipertimbangkan. Beberapa DBMS sekarang dirancang
sebagai solusi total untuk pemrosesan informasi dan manajemen sumber daya
informasi yang diperlukan dalam organisasi. Kebanyakan vendor DBMS
mengkombinasikan produk mereka dengan pilihan berikut :
• Editor
teks dan browser
• Pembangkit
laporan dan daftar utilitas
• Perangkat
lunak komunikasi
• Entri
data dan menampilkan form, layar, dan menu dengan pengeditan otomatis
• Alat
bantu untuk mengakses World Wide Web
• Alat
bantu merancang database grafis.
Tahap
4 : Pemetaan Model Data (Desain Database Logika)
Tahap berikutnya dari perancangan database
adalah membuat skema konseptual dan skema eksernal damal model data dari DBMS
terpilih dengan memetakan skema tersebut. Proses pemetaan dalam dua bentuk :
1. System-independet mapping : Pada bentuk ini, pemetaan tidak mempertimbangkan
karakteristik khusus datau kasus khusus yang diaplikasikan ke implementasi DBMS
dari model data.
2. Tailoring the
schemas to aspecific DBMS : DBMS yang
berbeda mengimplementasikan model data
dengan menggunakan pemodelah khusus.
Hasil dari tahap ini berupa pernyataan DDK
dalam bahasa DBMS terpilih yang merupakan skema level konseptual dan eksternal
dalam sistem basis data. Tetapi jika pernyataan DDL termasuk beberapa parameter
rancangan fisik, spesifikasi DDL yang lengkap harus menuggu setelah tahap
rancangan database fisik selesai. Beberapa alat bantu CASE (computer-assisted
software engineering) otomatis dapat membangkitkan DDb untuk sistem komersial
dari rancangan skema konseptual.
Tahap
5 : Desain Basis Data Fisik
Perancangan database fisik adalah proses
memilih struktur penyimpan khusus dan mengakses path untuk file database untuk
mendapatkan performansi yang baik pada aplikasi database. Setiap DBMS
menawarkan berbagai pilihan organisasi file dan akses path. Termasuk di
dalamnya berbagai tipe pengindeksan, clustering record yang berhubungan melalui
pointer dan berbagai tipe hashing. Bila suatu DBMS dipilih, proses perancangan database
fisik dibatasi pada struktur yang tepat utuk file database melalui pilihan yang
itawarkan DBMS. Kriteria berikut
biasanya digunakan untuk menuntun pemilihan rancangan basis database fisik :
1. Waktu respon : Merupakan waktu antara pengiriman transaksi database
untuk eksekusi dan penerimaan respon.
2. Utilitas ruang penyimpan : Merupakan jumlah ruang penyimpan yang digunakan
file database dan struktur akses path pada disk, termasuk pengindeksan dan
akses path lain.
3. Transaction
throughput : Merupakan jumlah transaksi rata-rata
yang dapat diproses per metnin, merupakan parameter kritis dari sistem
transaksi seperti
yang digunakan pada reservasi pesawat atau
bank.
Tahap
6 : Implementasi Basis Data dan Tuning
Setelah rancangan logika dan fisik selesai,
kita dapat mengimplementasikan sistem database. Hal ini merupakan tanggung
jawab DBA bersama desainer database. Pernyataan dalam DDL (data definition
language) termasuk SDL (storage definition language) dari DBMS terpilih
dikompilasi dan digunakan untuk membuat skema database dan file database (kosong).
Database dapat kemudian dipopulasikan dengan data. Jika data diubah dari sistem
komputerisasi sebelumnya, rutin konversi diperlukan untuk format kembali data
untuk menyimpan ke database baru.
Transaksi database harus diimplementasikan
dengan aplikasi yang dibuat programming berdasarkan spesifikasi konseptual dari
transaksi dan kemudian menulis dan melakukan uji coba kode porgram dengan
perintah DML. Jika transaksi siap dan data disimpan ke database, tahap
rancangan dan implementasi selesai dan tahap operasi dari sistem database dimulai.